Mendekati Bulan Lebaran Kenapa Kepala Pening?

Uang

Semangat untuk menulis, entah mengapa begitu menurun. Gairah loyo sekali. Stamina tampak begitu ogah-ogahan. Ada rasa malas di depan komputer. Jemari juga tampak kaku saat menari-nari di atas papan keyboard. Mata juga rabun melihat layar monitor. Isi kepala susah untuk dicairkan. Beku dan beku. Mirip es yang mengendap di frisher kulkas. Hanya menggelantung.

Mungkin karena badan belum fit. Batuk dan flue masih begitu mendominan. Jika batu datang, aduh enggan berhenti. Mirip laju kereta yang bergandengan. Belum lagi, flue yang terus menderu, mirip air terjun nagasima. Meler dan meler, sampai luber. 

Tidak terasa, bulan lebaran semakin mendekat. Semakin merapat. Hati dan pikiran pun semakin was-was. Bagi yang kerja di sebuah perusahaan swasta atau instansi pemerintah, mungkin tidak ada rasa kawatir. Karena adanya THR, Tujangan Hari Raya. Bagi saya yang hanya kerja kuli kasar? Aduh sedikit harus memeras otak.

Jadi anak rantau begitu banyak petualangannya. Kangen kampung, tapi malu jika pulang tidak membawa duit. Jika memaksa harus pulang, siap harus berhutang. Sebuah pilihan yang sulit. Tapi semua itu saya anggap seni dan indahnya sebagai anak rantau.

Walau kepala pening, tapi hidup terus dijalani. Berkeluh kesan juga tiada guna. Menggerutu juga sia-sia. Terus bekerja dan bekerja. Soal nanti bagaimana biarlah Tuhan yang menentukannya. Tugas saya harus terus berjalan.

Pastinya, peningnya kepala karena lebaran semakin mendekat tidak hanya saya yang merasakannya. Ada orang lain yang serupa dengan saya. Jadi kenapa harus menderita jika ada orang lain yang bernasib sama. Sedih tidak sendiri ini.

Ah duit. Begitu pentingnya di hari lebaran. Oh emak! Semoga anakmu ini nanti bisa pulang. Bawa duit sekeranjang. Bisa segera meminang, si Julaiha anaknya Pak Lurah. Saya sudah bosan jadi jomblo. Doakan ya emak!

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top