email: omkoodok@gmail.com

Cilor Pantas Laris, Ternyata Harganya Murah Banget dan Enak Pula

Beli Cilor

Kadang masih banyak orang yang suka mencibir saya. Wong kok tak kerja, tiap harinya cekrak-cekrak dan rekam video. Tiap hari yang dipegang hape terus. Sebagian orang ada yang berkata begitu. Tapi tak apalah ya, tak perlu dimasukin kehati dan tak perlu didengarkan. Pura-pura budeg saja. Buat apa hal-hal yang mematahkan semangat untuk dihiraukan. Abaikan saja. Kan yang membisikan rasa was-was dalam hati itu sebagian dari golongan setan dan manusia. Rasa was-was ini termasuk yang meremehkan atau mimpi dan harapan kita akan terwujud. Menganggap pekerjaan yang kita tekuni itu tidak berguna, hanya membuang waktu saja.

Suatu hal apapun dimulai dari hal kecil. Dari tahapan pemula. Tidak ada orang ujug-ujug sukses. Kerja langsung menghasilkan duit. Atau kerja itu harus pakai seragam dan sepatu, pergi pagi pulang sore. Pegang hape masih konotasinya negatif. Main game dan menghabiskan kuota. Dicap sebagai orang pemalas. Ah sekali lagi, tak apalah. Setiap orang berhak menilai dan punya pendapat tersendiri. Kadang hal seperti itu tak perlu disanggah. Anggap saja sebagai angin lalu.

Eleh-eleh, saya kok jadi orang yang bernarasi. Sok pintar dan sok tahu. Sebenarnya modalnya hanya kata "Bagaimana" dan "Kenapa". Sebenarnya saya kalau dimintai ide dan langkahnya apa yang harus diperbuat, tak bisa jawab. Eleh, emang seperti itu. Mengkritik itu tampak lebih mudah daripada berbuat itu sendiri. Jika salah dicemooh dan jika benar tidak diapreasi. Manusia emangnya tak boleh salah? Belgedes. Sing sabar bos, kok jadi emosi gitu.

Pedagang Cilor

Kan ini ceritanya mau bahas kulineran. Street Food. Kenapa jadi tensi tinggi. Iya ya, kata pembukanya selalu merembet kemana-mana. Maklum bos, keadaan yang lagi tak memungkinkan. Jadi mudah baper. Cari duit lagi susah, ekonomi mencret eh seret. Sedangkan kebutuhan hidup terus berjalan. Pening kepala ini. Pengen tak sambat, tapi kenyataannya tak kuat. Pengen marah, yang ada justru tambah kacau balau. Ya sudahlah diempet, paling nanti tumbuh bisul.

Kesenangan saya memang tukang photo dan video. Kalau ada hal yang sekiranya menarik, langsung main cekrak-cekrik dan rekam video. Peralatan kamera yang saya gunakan masih tergolong sederhana. Masih mengandalkan kamera hape. Rencana sih kalau ada rezeki pengen beli kamera drone, sehingga saat merekam video bisa lebih bagus hasilnya. Semoga saja lain waktu bisa terwujud.

Kali ini saya menjumpai penjual Cilor, Aci Telor. Berjualan dengan cara dipikul. Tak kebayang betapa lelahnya. Sebuah perjalanan dengan menempuh kiloan meter, demi mencari rezeki halal. Saya sangat salut dengan semangatnya. Sungguh luar biasa. Seharusnya saya bisa lebih bersyukur, kerja yang tidak begitu menguras tenaga. 

Saya merusaha mengamati cara membuat Cilor ini. Adonan aci yang dibentuk mirip bakso, terus ditusuk. Sebelum digoreng dicelupkan diadukan telur. Bumbunya praktis pula, pakai bumbu sachetan royco. Dan mengorengnya tidak membutuhkan waktu lama. Sangat pratis dan mudah banget. Setelah matang, ditambahkan saos. Siap deh untuk disantap.

Anak-anak sangat menyukainya. Mereka tampak lahap sekali menikmatinya. Enak, katanya. Saya pun mencoba untuk mengincipi, iya rasanya gurih lezat. Tanpa saya sadari, saya habis enam tusuk. Saya traktir anak-anak yang ada disana, eh hanya habis dua puluh ribu rupiah. Murah meriah. Dan penjualnya tampak bahagia. Karena laku dagangannya. Tu kan, membuat senang orang itu mudah, belilah dagangannya. Penjulanya berulang kali mengucapkan terimakasih. Mungkin saking bahagianya, pulang berdagang bisa membawa duit.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top