Beberapa hari ini, saya suka sekali keliling atau keluar rumah. Dan memperhatikan keberadaan rumah sakit atau puskesmas yang terdekat. Pastinya juga karena bosan di rumah terus. Seorang blogger atu youtuber, jika terkurung di kamar terlalu lama akan kehabisan ide dan bahan cerita juga. Kehabisan bahan omongan. Apalagi blogger yang bertema atau bergaya berita, susah sekali untuk update artikel. Makanya kali ini, saya memberanikan diri putar-putar sekaligus ingin mengetahui kondisi Jakarta setelah diberlakukannya karantina lokal. Sudah dua minggu lebih, dan diperpanjang pula sampai tanggal 20 April.
Menurut berita seh, katanya Jakarta dalam katagori zona merah. Entahlah, itu zona asal buat setempel demi menakuti rakyatnya atau demi anggaran bisa cair atau gimana, saya sendiri juga tidak mengerti. Kalau sudah berani memberi cap zona merah, kenapa belum ada bantuan yang diberikan pemerintah kepada warganya. Semisal sembako atau apalah, kan lapar juga jika terus disuruh berdiam diri di rumah. Atau menggratiskan pembayaran air PAM atau pembayaran listrik untuk setiap golongan. Jangan pilih kasih. Syukur-syukur internet gratis.
Atau bisa jadi pemerintah telah berbuat, hanya saya saja yang ketinggalan informasi? Bisa jadi. Tapi yang jelas, orang-orang pada mengeluh dengan keadaan ini. Ekonominya menjadi terganggu, bahkan terhenti. Apalagi dengan masa perpanjangan tanggap darurat korona itu, wow tambah mejerit. Merasa hidupnya tidak dalam kepastian.
Seperti yang saya singgung diawal, karena saya ingin tahu keadaan Jakarta sesunggunya dengan kehebohan virus covid-19 ini. Saya memberanikan diri untuk datang dan melihat keadaan langsung pelayanan kesehatan yang ada di Jakarta. Sekali lagi, yang terdekat dengan tempat saya tinggal. Kalau untuk bepergian lebih jauh, kayaknya saya juga belum berani. Bahan bakar tipis hehehe, bener lo, semenjak merebaknya kabar virus ini mengganggu orderan kerjaan online saya. Jadi sepi.
Ada yang unik memang. Untuk rumah sakit besar, tampak sepi dan membatasi pelayanan. Dan mengatur jumlah pembesok. Hanya ada satu pintu yang dibuka untuk keluar-masuk. Petugas kesehatan, masih mengenakan baju seperti biasanya. Ada hal berbeda dengan Puskesmas, dan ini yang sangat mencuri perhatian saya. Saya sangat memperhatikan dengan seksama dan teliti.
Petugasnya mengenakan baju APD. Ada yang tahu belum apa itu baju APD? Baju Alat Pelindung Diri. Karena mereka berhadapan langsung dengan pasien yang ingin berobat, demi berjaga-jaga pastinya. Pasien yang ingin berobat pun dikontrol suhunya sebelum mendaftarkan diri. Dan yang uniknya lagi, memeriksa/mewawancarai pasien di halaman puskesmas juga. Walau tidak seluruh pasien pastinya? Entah mengapa kok tidak di dalam? Ah mungkin demi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Benar-benar mirip di medan perang saja.
Sudah segenting dan segawat ini kah wabah corona melanda Jakarta? Jika iya, pantas saja jika warga Jakarta dihimbau untuk tidak mudik. Takut menyebarkan penyakit atau virus di kampung halamannya. Yang sudah terlanjur mudik, itu pun sarankan untuk mengkarantina diri, tidak boleh keluar rumah selama 14 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar