Cabut Gigi Lagi di Puskesmas Kelurahan Sukapura Jakarta Utara

Puskesmas Kelurahan Sukapura

Awal tahun, harus lebih semangat lagi. Kerja harus lebih giat lagi, demi apa? Ya demi untuk bisa bertahan hidup, agar bisa tetap makan dengan layak. Katanya, tahun ini kondisi dunia diperkirakan lebih suram dari tahun sebelumnya. Resisi dunia, katanya. Dan kondisi perekoniman dunia lagi pada titik buruk. Konon katanya akibat perang Rusia dan Ukraina yang tak kunjung selesai juga. Bahkan titik damianya pun tak tahu sampai kapan. Jadi negera raksasa, lebih disibukan dengan beli peralatan senjata dari pada kebutuhan lainnya. Hahaha...itu seh katanya. Saya sendiri juga tak tahu.

Ah boro-boro mikirin dunia. Besok makan apa, saya aja sudah pening. Besok bisa bayar kontrakan atau bayar bulanan listrik dan air aja, sudah kepala puyeng. Ya itulah nasib wong kecil. Tak bisa mikir terlalu jauh. Biarkan urusan dunia, cukup diserahkan kepada orang-orang yang pintar dan yang punya wewenang saja. Harapan saya mah, semoga perang bisa segera berakhir. Bisa ada titik temu yang saling menguntungkan. Kagak ada perang saja, cari makan sudah sulit, apalagi ada perang. Aduh tak kebayang dah.

Hahaha....,dah saya mau bahas yang lainnya aja. Emang mau bahas apa? Mau cerita pengalaman cabut gigi di Puskesmas Kelurahan Sukapura, Cilincing Jakarta Utara. Sudah tahu apa itu Puskesmas belum? Tahu dong! Coba apa? Pusat Kesehatan Masyarakat. Betul sekali. Konon cerita nih, RS yang dulunya kepanjangannya Rumah Sakit, kini berubah kepanjangan lo, menjadi Rumah Sehat. Kata adalah doa, yang menjadi alasannya. Dengan harapan RS menjadi kepanjang Rumah Sehat, pasien bisa lebih cepat sembuh. Ambuhlah, bagi saya mah tak ada pengaruhnya.

Puskesmas Kelurahan Sukapura

Dilanjut ceritanya aja dah. Seperti yang saya katakan tadi, saya ingin berbagi pengalaman cabut gigi di Puskesmas Kelurahan Sukapura. Ini adalah pengalaman cabut gigi kedua anak saya. Oh anaknya to yang dicabut giginya? Betul sekali. Emang kenapa dengan gigi anaknya? Sakit gigi akibat lubang atau gimana? Sebenarnya bukan sakit gigi, tapi giginya tumbuh kebanyakan. Sehingga giginya bertumpuk alias berantakan kerena terlalu banyak gigi yang nongol. Hal ini pastinya akan mengakibat kerusakan lidah. Lidah akan sering tergigit. Tidak hanya itu saja, gigi juga tak sedap dipandang mata.

Mumpung giginya masih kecil dan belum permanen. Saran dari dokter gigi saat pemeriksaan di sekolah dianjurkan agar giginya dicabut. Nah berbekal surat rujukan dari sekolah itulah, saya dan  anak pergi ke Puskesmas terdekat. Dan Alhmdulillah, saya juga punya surat BPJS Kesehatan atau Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang gratis. Hati jadi nyaman dah, bebas biaya. Kantong jadi aman, tidak akan terkuras. Hahaha, dasar mata gratisan.

Eh eh eh, jika tak punya kartu KIS repot lo. Berobat dengan biaya sendiri. Apalagi soal cabut gigi, bisa kena biaya lumayan mahal. Satu gigi aja bisa 200an ribu lebih. Ya kalau pas punya duit, jika pas tanggal tua. Apa tidak nangis tu. Makanya kartu KIS atau kartu BPJS Kesehatan itu penting. Untuk jaga-jaga kalau sakit. Semoga seh jangan sampai sakit ya. Pengennya sehat terus. Ah, yang namanya raga ya, kadang ada masanya lelah dan tak berdaya.

Singkat cerita seh, anak saya sudah selesai cabut gigi. Saat cabut gigi, aduh nangisnya tak ketulungan. Lihat alat cabut gigi, sudah ketakutan. Ya terpaksa saya pegang erat, agar tak memberontak. Ternyata hanya diolesin obat bius, terus dicabut. Kelar dah, tak ada rasa sakit atau perih. Ah, dasar anak-anak ya, belum apa-apa sudah membayangkan eneh-aneh. Bikin repot dan memakan waktu aja. Kelar cabut gigi, pulangnya minta es krim. Mampir ke Minimarket, eh mintanya es krim kotak yang harganya berkisar 40ribuan rupiah. Tapok jidat jadinya!

Related Posts

3 komentar

  1. Saya pernah merasakan manfaat ke poligigi puskesmas, waktu itu scaling gigi gratis dicover bpjs setahun 1 sekali

    BalasHapus
  2. Luar biasa permintaan setelah cabut giginya.

    Ternyata pak Djangkaru di Jakarta Utara juga ya. Kalo saya jakarta utaranya di priok, deket banget ancol dan Stadion JIS

    BalasHapus
  3. saya juga biasanya periksa di puskesmas deket rumah, tapi entah kenapa setelah pandemi kok rasanya pelayanannya berkurang ya, lebih seringnya diarahkan ke rs

    BalasHapus

 
Back To Top