Sekitar pertengahan tahun 2015, PLN mengadakan kebijakan baru yaitu penempatan meteran KWH Listrik terpusat. Meteran KWH yang biasanya di depan rumah pelanggan, dirubah penempatannya yaitu diletakan di tiang listrik terdekat. Sebuah kebijakan yang aneh dan lucu. Dan kebijakan ini tidak seluruhnya berlaku bagi pelanggan PLN. Lebih anek lagi bukan?
Mungkin maksudnya untuk menghindari atau meminimalisir pencurian arus listrik. Atau mungkin memaksa secara halus, agar pelanggan beralih ke metean KWH token. Meteran pulsa. Karena waktu itu, meteran KWH pulsa lagi digadang-gadang. Dan dianggap meteran yang lebih menguntungkan bagi pihak PLN.
Dan ternyata ada juga pelanggan yang akhirnya beralih ke meteran KWH Token. Alasannya, pelanggan tidak mampu mengontrol pemakain kwh tiap bulannya. Terlalu tinggi penempatan meteran kwh listrik ini, kurang lebih tiga meteran. Harus menggunakan tangga jika ingin mengerahui meterannya. Dan itu pun, antara meteran dengan yang lainnya berbaris, sehingga susah untuk mengenali mana meteran miliknya.
Petugas kontrol PLN saja juga tampak aras-arasan. Sehingga ada yang main perkiraan, menebak-nebak saja. Asal nembak, kalau orang menyebutnya. Karena tagihan listik bulanan membengkak diluar biasanya. Dan akhrinya seperti apa yang saya katakan diatas, terpaksa ada pelanggan yang beralih ke meteran kwh token.
Dan belum lama ini, Perusahaan Listrik Negara juga mengadakan kebijakan anyarnya lagi. Peremajaan meteran kwh listrik. Nah, kebijakan barunya ini telah membuka kekurangan kinerja karyawan PLN itu sendiri.
Ada pelanggan yang harus membayar kekurangan pemakaian akibat salah catat meteran tersebut. Ya, mungkin akibat petugas yang main tembak. Harus membayar sekitar tujuh juta dan lunas dalam jangka satu tahun. Wah, wah, kesalahan dari pihak PLN, pelanggan jadi kerepotan.
Kalau pelanggan itu tahu ya membayar sesuai dengan tagihan bulanannya. Titik dan beres. Dan kalau ternyata ada ketidakkesesuaian denga angka pemakaian, yang tertera di meteran kwh, itu kesalahan dari pihak PLN. Kenapa seharusnya besar kok dicatat kecil, dan kenapa hanya main tembak. Kenapa tidak dikontrol dengan rutin.
Untuk membayar atas kekurangannya ya diberi batas waktu yang longgar. Tujuh juta harus lunas dalam setahun, terasa beratlah. Lagian ini kan kesalahan dari pihak PLN. Kesalahaan pencatatan dari pihak petugas PLN. Dan kenapa dalam jangka waktu yang panjang baru ketahuan. Sebuah pembelajaran, harus rajin ngontrol meteran kwh PLN.
Untuk membayar atas kekurangannya ya diberi batas waktu yang longgar. Tujuh juta harus lunas dalam setahun, terasa beratlah. Lagian ini kan kesalahan dari pihak PLN. Kesalahaan pencatatan dari pihak petugas PLN. Dan kenapa dalam jangka waktu yang panjang baru ketahuan. Sebuah pembelajaran, harus rajin ngontrol meteran kwh PLN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar