Sudah lima bulan ya persoalan harga minyak goreng yang tetap belum bisa dikendalikan. Sepertinya pemerintah menyerah dan pasarh. Tak berdaya. Walau sudah melakukan hal ini dan itu, sidak sana dan sini. Sudah melakukan subsidi, eh dilapangan tetap saja tak punya punya kekuatan. Entah dimana kesalahannya. Apakah ini akibat dari pemerintah yang terlalu menggenjot eskpor, sampai lupa dengan kebutuhan dalam negeri. Atau produsen yang lebih suka menjual minyaknya ke negera lain dengan alasan harga lebih menguntungkan? Ambulah, mana yang benar.
Yang jelas, sampai sekarang harga minyak kemasan belum bisa kembali normal. Dari harga yang biasanya 14ribu perliter. Emang sekarang berapa? Sekarang bisa mencapai 25ibu perliter tergantung merk. Wow kenaikannya lumayan fantastis juga ya? Katanya minyak curah di subsidi dan harga bisa murah 14ribu. Weleh, tetap saja harga dipasaran mahal. Hampir tak jauh beda dengan minyak goreng kemasan. Masak seh? Saya sendiri juga tak begitu yakin.
Saya sendiri juga heran, kenapa pemerintah tak bisa mengatur atau mengendalikan harga minyak goreng. Sepertinya pemerintah dalam posisi tertekan dan ditekan. Masak iya pemerintah kalah dengan produsen minyak goreng. Nah itu, yang menjadi sebuah pertanyaan saya. Kenapa bisa begitu, dimana power nya pemerintah? Apa perlu pemerintah membuat badan usaha atau pebrik minyak goreng sendiri? Weleh pertanyaan yang ruwet.
Saya sendiri berharap dan punya harapan agar pemerintah bisa menormalkan harga minya goreng kemasan. Seandainya ada kenaikan, ya jangan terlalu mencolok gitulah. Perubahan harganya terlalu tinggi. Masak iya, negara yang punya lahan sawit begitu luas, tapi rakyatnya susah untuk mendapatkan minyak goreng. Kan jadi aneh, bahan bisa menjadi bahan tertawaan.
Kan kasihan emak-emak juga yang harus berburu atau rela antri demi mendapatkan minyak goreng yang murah, alias minyak goreng curah. Itu pun jika minyak goreng curah yang bersubsidi. Walau sekarang saya sudah tak melihat antrian lagi, semenjak sudah tak ada operasi pasar. Sekarang emak-emak juga sudah nyerah, jika punya duit beli jika tak punya duit ya sudahlah. Kalau perlu mengurangi jenis makanan atau masakan gorengan. Direbus aja dah, hebat anggaran.
Yang kasihan mah penjual gorengan. Harga gorengan sudah naik. Yang biasanya menjual gorengan dengan harga seribu rupiah kini menjadi dua ribu rupiah. Itu pun tipis untungnya. Ayolah pemerintah, kira-kira mampu kagak nih menormalkan harga minyak goreng. Giliran harga naik, stock minyak goreng melimpah dimana-mana. Kemarin aja, minyak goreng hilang dipasaran. Ayo pilih mana, minyak goreng murah tapi dipasaran tak ada atau minyak goreng harga mahal tapi stock mencukupi? Memble!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar