Lama sekali ya, blogi ini hiatus. Sebenarnya keinginan untuk menulis tiap hari itu ada. Tapi entah mengapa hanya rencan dan rencana belaka. Sebenarnya jadwal menulis sudah tersusun jauh hari sebelumnya. Tapi giliran hari dan waktu H nya, main undur dan undur. Akhirnya ya itu, gagal menulis. Saya sendiri tidak begitu mengerti, kenapa pasion menulis begitu kendornya. Mungkin itu yang dialami blogger yang sudah berumur tua. Maksudnya ini, seseorang yang sudah lama menekuni dan terjun sebagai penulis online. Bukan usia adminnya, kalau usia admin masih masih remaja, masih berkisar 17 tahunan.
Kemalasan menulis kemungkinan juga karena suasana yang ada sekarang. Wabah yang tidak jelas kapan berakhirnya. Pemerintah yang hanya memberlakukan sistem PSBB, tapi kurang begitu memperhatikan nasib dapur rakyatnyaa. Perputaran ekonomi yang tersendat, sedangkan kebutuhan tiap bulan harus dan harus ditanggungnya. Anak rantaun pasti tahulah, bagaimana rasanya. Yang tidak kuat, pastinya akan hengkang dan pulang kampung. Sudah tidak terhitung, teman saya yang akhirnya cabut, balik ke tanah kelahirannya.
Ah apalagi dengan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang hampir serentak. Semakin ngenes saja hidup di rantauan. Buat makan esok aja pening, apalagi memikirkan biaya bayar kontrakan, listrik dan air PAM. Dijamin ngelu kepalanya. Belum lagi yang punya anak sekolah, yang harus punya kuota internet dan hape yang mendukung buat pembelajaran daringnya. Nangis-nangis jadinya.
Mungkin alam sedang melakukan seleksinya. Siapa yang bertahan, itulah sebagai pemenangnya. Siapa yang sabar dan terus berihtiar, itulah yang menjadi heronya. Kenyataannya memang seperti itu ya, berita-berita sering mewartakan jumlah kematian akibat covid 19. Tapi di sisi lain, ramai pula ibu-ibu yang hamil. Pertanda kelahiran baru semakin banyak pula. Masih ada keseimbangan alam gitu.
Eleh saya kok jadi kayak guru IPS aja, Ilmu Pengetahuan Sosial, kira-kira sekarang ganti nama pelajaran apa ya? Mata pelajaran sekarang memang unik, hanya ganti nama eh isinya juga sama. Setiap ganti menteri Pendidikan, umumnya akan ada otak-atik sistem pendidikan. Bikin pening wali murid. Tapi tak apalah ya, yang namanya hidup itu harus berani mencoba hal baru. Apalagi, teknologi semakin maju pesat. Harus bisa beradaptasi, aduh kembali lagi ke IPS.
Dah ah, saya mau lebih serius itu bahas Nomor Kartu Jaminan Peserta BPJS Ketenagakerjaan. Atau yang disingkat nomor KJP. Aduh, bukan KJP, Kartu Jakarta Pintar ya? Sekarang ini kebanyakan kata singkat, dan yang bikin mangkel sama pula. Mau tidak mau, isi kepala harus terupdate terus. Bagi yang kerja di perusahaan atau pabrik, pastinya pahamlah apa itu nomor KJP.
Ternyata masih ada yang bingung untuk mengetahui nomor KJP-nya. Maklum juga seh, karena model kartu BPJS Ketenagakerjaan sekarang sedikit unik. Karena di Kartu BPJS Kesehatan tertera dua deretan angka yang berjejer. Deretan angka yang besar dan satunya deretan angka yang sedikit lebih kecil. Jadi yang mana letak nomor KJP-nya?
Nomor KJP Kartu BPJS Ketenagakerjaan umumnya ada sebelas digit. Jadi nomor KJP adalah deretan angka yang tampak lebih kecil. Dibawah deretan angka besar. Untuk lebih jelasnya, anda bisa melihat pada gambar diatas. Terus deretan angka yang besar itu nomor apa? Itu adalah nomor NIK KTP, Nomor Induk Kependudukan Kartu Tanda Penduduk.
Saat anda mengajukan pencarian dana BPJS Ketenagakerjaan, pasti disuruh mencantumkan nomor KJP-nya. Saat mengurus kartu hilang pun, pasti ditanya pula nomor KJP Ketenagakerjaan. Maka dari itu rawat dengan baik-baik kartu BPJS Ketenagakerjaan anda. Cukup sekian artikelnya, semoga bermanfaat dan mudah dimengerti. Salam sukses selalu, dan jangan lupa jaga kesehatan dan kewarasan pikiran!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar