Saya itu hampir tiap hari nongkrong di pasar. Ya ya, hanya sekedar mencari hiburan, memperhatikan kesibukan orang lain. Mengamati aktivitas para pedagang dan pembeli. Transaksi di pasar tradisional itu memang unik. Tidak hanya sekedar menjual atau membeli barang yang diinginkan. Disitu terjadi ikatan emosional, ikat persaudaraan. Terjalin suatu komunikasi yang inten, khususnya saat terjadi tawar menawar harga. Sangat menarik sekali.
Beda sekali saat belanja di mal atau minimarket. Hampir tidak ada sama sekali, itu yang namanya tawar menawar harga. Karena di produknya sudah tercantum label harga. Mau tidak mau, ya harus membayar sesuai dengan harga yang tertera. Nah, kalau di pasar tradisional perlu sebuah keahlian tersendiri dalam menawar harga. Maka jangan heran, jika emak-emak itu belanja di Pasar membutuhkan waktu lama, walau item yang dibeli tidak seberapa. Banyak ngerumpinya.
Apa yang menarik di Pasar kali ini? Sebenarnya yang menarik untuk dibahas adalah tentang keberadaan dan harga jengkol. Melenjit, sudah begitu langka pula. Harga jengkol kali ini sudah menembus harga 60ribu perkilonya. Wah mengalahkan harga daging ayam bukan? Saya pun dibuatnya terheran-heran. Kenapa harga jengkol bisa se-elit gitu?
Tapi saya akan membaha lain waktu tentang jengkol. Kali ini saya akan membahas tentang santan siap pakai Kara Sun. Atau orang lebih suka menyebutnya santan Kara. Sudah hampir sebulan, beradaan santan siap pakai ini mengalami kelangkaan. Walau sebenarnya harga sudah naik, yang awalnya tiga ribu menjadi tiga ribu lima ratus. Itu ditingkat agen ya, kalau sudah sampai ke konsumen harganya mencapai empat ribuan rupiah.
Sudah naik harga kok langka? Nah itu yang menjadi tanda tanya saya. Pokoknya santan kara ini di pasar menjadi rebutan. Siapa yang duluan itu yang yang dapat, jika belanjanya kesiangan jangan tanya lagi. Tidak kebagian. Apalagi jika bukan pelanggan agen tersebut, tidak bakalan dikasih. Santan kalepa siap pakai, sebenarnya ada merk lain yaitu Sasa. Tapi Santan Kara tetap menjadi primadonanya.
Woih kelangkaan santan kara ternyata pabriknya mengeluarkan kemasan baru dengan ukuran 200ml. Bentuknya kotak. Isinya lebih banyak dari kemasan lama 60 ml yang bentunya agak sedikit kerucut. Harga yang kemasan baru (200ml) berapa? Saya bertanya langsung dengan agennya, harganya 10ribu. Terus harga jualnya berapa, jawaban agen 16ribu. Wow mahal juga ya?
Saya perhatikan beberapa minggu ini, untuk kemasan baru sepertinya kurang mendapat respon dari konsumen. Kayaknya belum ada yang berminat. Pembeli masih suka dengan kemasan dan ukuran yang lama. Mungkin faktor harga menentukan. Kalau kemasan lama, harga masih terjangkau. Kalau saya amati juga, orang beli santan kara itu kayak terpaksa. Mau beli santan perasan langsung tampak ribet, apalagi jika belinya hanya separo kelapa. Penjual kelapanya juga bingung, lah kok bingung? Saat menghidupkan mesin parutnya itu lo. Selanjutnya pembaca pastinya lebih paham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar