Karena Lockdown, Permintaan Gas 3Kg Melonjak

Gas 3kg

Dimana-mana orang hampir mengatakan kata lockdown. Tapi kalau ditanya apa itu arti dan makna lockdown, jawabannya singkat. Libur. Entah itu libur sekolah, libur bekerja dan sebagainya. Makanya jangan heran, jika ada suatu daerah yang memberlakukan kebijakan lockdown, justru warganya berhamburan keluar, kumpul-kumpul dan piknik. Wisata keluar kota pula. Mereka bersenang-senang, menikmati hari kebebasan liburan itu.

Jika diingatkan tentang bahaya virus corona, mereka justru membalikkan kata. "Takut amat sama Corona, kayak tak punya iman saja", dengan nada ketus pula. "Corona itu tentara Allah, jadi tak perlu takut", balik nasehatnya. "Cemen", nada ejeknya. Kalau disaut balik, yang ada nanti bertengkar. Paling aman ya diam saja. Atau lebih baik kabur menghindar.

Belum lagi, pemerintah mengingatkan warganya untuk stay at home, tinggal dirumah. Atau berdiam diri di rumah, seadainya keluar hanya untuk keperluan yang mendesak. Belajar di rumah, Bekerja di rumah dan beribadah di rumah. Hal ini bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau yang lebih tren Covid-19. Tetap saja, banyak yang melanggarnya. Sekali lagi itu tak apalah, itu juga hak mereka. Tapi kalau bisa mbok yoi, membantu atau meringankan tugas pemerintah. Khususnya awak medis yang lagi berjuang di medan pertemputan demi meredam gejolak virus tersebut. Yang sakit biar cepat sembuh dan yang sehat jangan sampai tertular. Darurat lockdown, segara bisa berakhir, sehingga semua bisa beraktivitas norma seperti biasanya. Kalau sampai diperpanjang tiga munggu, kan bisa gaswat. Dampak perekonomian terganggu.

Wah, saya gaya bicaranya kayak orang elit saja  ya. Mirip politikus papan atas. Atau tokoh yang punya massa banyak, yang suka mencocokkan istilah corona dengan sebutan Kurun (orang yang paling legendaris dengan ketamakannya) atau mencocokan huruf demi huruf kata corona, sambil menguntip penggalan ayat atau dali-dalil. Tapi semuanya sah-saha saja. Yang namanya berpendapat itu bebas. Dunia biar ramai.  Oh iya, Lockdown punya makna yang hampir sama dengan karantina. Mengunci penyebaran virus, yang dari dalam jangan sampai keluar dan yang dari luar jangan sampai kedalam. Mencegah perpindahan orang, entah itu masuk maupun keluar wilayah. Maka diterapkan stay at home.

Nah akibat warganya disuruh atau dihimbau untuk berdiam diri dirumah itulah permintaan akan gas 3kg melonjak. Bahkan bisa dikatakan terjadi kelangkaan gas 3kg. Kemungkinan kebutuhan akan konsumsi rumah tangga meningkat dari biasanya. Nafsu makan meningkat jika dibandingkan dengan saat aktivitas seperti biasanya. Makan-tidur, tidur-makan itulah kesehariannya.

Apalagi, ini kabar berita yang beredar. Waktu atau masa lockdown diperpanjang. Wah bisa parah tu. Semoga saja pemerintah menjamin kesediaan kebutuhan bahan pokok dan keberadaan gas 3kg tetap terjamin keberadaannya. Jangan sampai langka deh. Kasihan emak-emak. Bisa stres dibuatnya. Jangan sampai terjadi antrian atau rebutan, katanya disuruh jaga jarak. Social Distance. Masak iya harus berdesak-desakan gitu.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top