Baru Pertama Kali Merasakan Dampak Banjir Jakarta, Air Masuk Rumah

Setiap peristiwa menyisakan sebuah kenangan. Eleh yang penting jangan ingat dengan mantan saja. Tiada guna, mirip lagu dangdut yang lagi hit. Lagu yang sangat saya sukai. Biarkan mantan bahagia dengan dunianya sendiri. Yang telah lalu, biarkan semua berlalu. Kehidupan ini emang tiada yang abadi. Lambat atau cepat, semua akan lepas dari genggaman.

Wah mantap juga ya, saya dalam merangkai kata. Cocok kayaknya saya ini jadi pujangga atau motivator. Mungkin pas saya ini jadi pengganti Mario Teguh yang kini tak pernah nongol di televisi. Saya dulu sangat senang dengan acara tersebut. Semenjak kasus pribadi jadi asupan pablik, eh acaranya kok tertelan bumi. Tiada kabar lagi.

Oh iya ya, saya membuat artikel ini mengetik dari hape kuno. Jadi ya tak berharap akan apa itu SEO. Aplikasinya sangat terbatas, toolsnya tak tampak. Beda sekali jika mengetik lewat keyborad, dengan perangkat komputer. Bisa mengedit itu link url artikel maupun title gambar serta bisa memberikan keterangan diskripsi artikel.

Emang harus melatih dari dini. Menulis dengan perangkat mobile. Agar bisa lebih cepat update artikel tanpa harus mengandalkan komputer maupun laptop. Ah abaikan itu yang namanya SEO. Semoga saja nanti google mau memperbaharui versinya. 


Saya ingin berbagi cerita tentang banjir Jakarta pada tanggal 23 Februari 2020. Banjir yang kayaknya melumpuhkan Kota Jakarta. Hujan yang turun dari jam 11 malam. Malam Minggu. Jam dua pagi kampung saya sudah kebanjiran. Air masuk dalam rumah. Warga yang asek tidur pun tidak menyadarinya. Tau-tau kasurnya mengapung dan basah. Sempat heboh di kampung saya. Seluruh warga keluar rumah.

Saya termasuk kena apes. Lagi kontrol di luar. Untuk nimbrung dengan warga lain. Eh pulang-pulang kamar saya sudah kemasukan air setinggi 30cm. Wah Mirip kolam ikan saja. Niatnya ingin sekali mengabadikan lewat video atau photo. Saya urungkan. Takut saya tidak ridho dengan peristiwa itu. Atau takutnya justru menjadi bahan ledekan. Atau orang yang tak suka dengan saya akan riang gembira. 

Peristiwa itu saya nikmati saja. Jangan sampai ada keluh-kesah yang akan merapuhkan jiwa dan pikiran. Yang penting saya masih diberi kenikmatan kesehatan. Jiwa masih selamat.  Walau printer kesayangan mengambang, lupa memindahkan ketempat yang lebih tinggi. Dan baju-baju di rak bawah lemari, basah kerendam air.

Setelah dirasa hujan sudah reda. Sekitar menjelang subuh.  Baru deh saya menguras air yang masuk rumah. Wah pokoknya mirip menguras bak mandi. Bak mandi raksasa. Lelah kah? Oh tidak, hanya letih dan meriang setelahnya.

Ya begitulah hidup ini. Selalu ada kejutan. Mau tidak mau ya hanya bisa menjalani saja. Hujan yang tidak begitu lama, tapi hampir serentak seluruh Jakarta dan Bekasi. Yang mengakibatkan air meluap. Belum lagi, pembangunan saluran air yang menggunakan beton leter U. Pendangkalan got akibatnya. Ya akhirnya saat hujan jalan jadi sungai dan airnya masuk ke rumah warga. Alangkah baiknya jika sistem pengerukan.  Ah mana mungkin pendapat saya ini didengarkan. Yang ada mah, mantul dan tak bergema. Wong cilik dilarang protes!

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top