Penjual Es Serut Mencoba Membelah Langit

Penjual Es Serut Mencoba Membelah Langit

Diam-diam saya memperhatikan bapak penjual es serut ini. Bertahun-tahun lamanya dia keliling menjajakan es serutnya. Kadang jika saya melihat bapak jualan ini, memori saya langsung menerawang ke masa kecil. Saya sewaktu kanak-kanak, senang sekali membeli es serut semisal ini. Rasanya enak, segar dan manis. Dan memang dulu es serut menjadi primadona dikampung saya.

Ternyata, dijaman yang semakin cangih dan terbuka ini. Penjual es serut masih ada. Bertahan dan bersaing dengan es buatan pabrik. Kalau ditelisik lebih praktsis buatan es industri. Kemasan es keluaran pabrik lebih menarik. Dan harga es nya juga tergolong terjangkau. Dan dimana-mana es keluaran industri mudah kita jumpai. 

Penjual es serut ini terus keliling dan bertahan. Mencoba untuk membelah langit dalam urusan rezeki. Baginya hanya bisa berikhtiar dan terus berusaha. Terus bertahan dengan apa yang dia bisa. Berjalan kaki, menelusuri gang demi gang. Dan kadang mangkal di depan sekolah. Ada yang unik dan aneh bagi saya, kenapa bapak ini enggan berteriak es serut, es serut! Dia terus menapakan kakinya, dan baru berhenti jika ada yang membelinya.

Es serut, bahan dasarnya sangatlah sederhana. Bongkahan es batu, biasanya es beku kemasan plastik. Pemanis, ini bisa menggunakan sirup jadi yang biasa dijual dipasaran. Cetakan, bisa menggunakan tutup gelas atau mainan anak-anak yang nantinya dibelah jadi dua. Dan belahan bambu, yang nantinya untuk gangang/pegangan es. Alat serutnya juga  bisa membuat sendiri, yang biasa digunakan untuk menyerut kayu.

Awal pembuatannya, es balok diserut pada cetakan. Lalu diselipkan gangang  dan dipadatkan. Kemudian diatasnya diberi pemanis warna. Es serut siap disantap deh. Harganya variatif, tergantung besar kecilnya cetakan es serut. Rata-rata dua ribu rupiah. Murah bukan?

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top