Kenakalan Bocah yang Tampak Abadi

Sandal Jepit

Kasihan juga blog Om Koodok yang begitu terbengkalai. Sepi artikel terbaru. Ya begitulah, jika mengelola blog lebih dari satu, akan sulit membagi hati. Walau sebenarnya ada seh, hal-hal yang ingin disampaikannya. Photo atau gambar sudah disiapkan, tinggal menulis cerita. Tapi terkendala juga kesibukan di dunia nyata. Menulis akhirnya tertunda.

Blog Om Koodok lahir dari sebuah keinginan, hanya sebagai tempat sampah. Photo yang tidak bisa termuat di blog utama, saya taruh disini. Dengan harapan, siapa tahu bisa bermanfaat bagi orang lain. Walau hasil jepretannya belum bisa sempurna. Maklumlah masih mengandalkan peralatan sederhana. Berbekal kamera handphone. Itu pun resolusinya masih tergolong minim juga.

Kini masyarakat di sekitar saya juga sudah memaklumi kegiatan saya. Yang awalnya dianggap aneh. Dikit-dikit suka jepret. Kok jepret suka dikit-dikit. Dikira kurang kerjaan. Bahkan dianggap kurang waras. Mereka akhirnya paham, bahwa memotret itu bisa menghasilkan uang. Ya, setidaknya bisa menciptakan kebahagian hati.

Kali ini ingin bercerita tentang masa kecil saya. Kenakalan bocah yang tampaknya terus abadi. Tradisi yang turun-menurun. Sebuah estafet kenakalan yang seharusnya dipotong. Diamputasi, biar tidak menular. Tapi sulit. Ya, bagaimana lagi yang namanya bocah. Justru kenakalan yang menimbulkan kesenangan. Sekaligus kebanggaan.

Kenakalan apa itu? Menyembunyikan sandal orang lain saat salat berjamaah. Masih untung itu jika hanya sekedar menyembunyikan sandal, kadang membuangnya di atas genting atau bahkan di selokan atau got. Kenakalan yang paling ringan, tali sandal jepit diplintar-plintir. Atau sandalnya diludahin.

Biasanya yang menjadi target kenakalan adalah teman yang dianggap jahat. Atau orang tua yang terlalu galak. Orang tua yang terlalu sering mengatur atau memarahi saat di masjid. Anak-anak kan dimana pun berada, selalu ingin bermain dan berlari. Tidak perduli saat waktunya salat. Berisik dan tertawa tidak bisa terbendung. Jika ada yang mengusiknya, sandal jepit yang menjadi taruhannya. Ah, bocah beraninya menusuk dari belakang. Itu pun sandal jepit yang menjadi pelampiasannya.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Back To Top